Nasihat Papuq
"Kenapa
semua cerita kakek selalu tentang
hal-hal yang melelahkan?" tanyaku penasaran.
"Bukankah
jalan kaki hingga sembalun itu melelahkan, bukankah hidup jaman Nipon itu
mengerikan, bukankah menggiring kerbau puluhan kilometer membosankan?"
imbuhku.
"Itulah
yang membuatku bahagia dan senang" jawab kakekku singkat.
"Kok
bisa gitu, kek?" aku mulai penasaran dengan jawaban singkat kakek.
"Apa
kamu betul-betul mau tahu kenapa kakek bahagia" tanya kakek dengan nada
pelan.
"Tentu
saja aku mau, kek" aku dibuat semakin penasaran.
"Meski
kondisi saat itu sulit kakek berusaha mencari celah kebahagian dalam setiap
kegiatan kakek. Jalan kaki berdagang ke Sembalun dengan membawa pulang Beras
atau Ambon itu akan membuat keluarga kakek bisa makan, maka kakek bahagia meski
kakek bukan tulang punggung keluarga waktu itu" kakek mulai bercerita.
"Hidup
dari kejamnya jaman Nipon, melewati masa peralihan sampai menikmati angin segar
kebebasan seperti sekarang sangat membahagiakan, mengembala Kerbau dengan
harapan suatu saat kakek bisa membeli sepetak Bangket juga membahagiakan, tapi
hal yang membuat kakek bahagia di usia sekitar 100 tahun ini alhamdulillah
kakek masih diberikan kesehatan, masih bisa berdiri sholat, berjalan tegak,
melihat jaman yang beda dengan jaman kakek dulu, melìhat cucu dan cicit kakek
yang tumbuh baik. Harapan kakek, jadilah orang yang bahagia apapun kondisimu
kelak selama itu kebaikan maka berbahagialah. Satu lagi pesan kakek, kakek
bukanlah orang yang 'alim agama, untuk itu pelihara agamamu maka kamu
bahagia" tutup kakek.
Aku
sedikit terharu dengan uraian kakek, tentu aku sadar
kakekku adalah pahalawan keluarga dulu di usia mudanya. Mungkin seseorang lupa nama-nama pahlawan nasioal yang
dulu berjuang di medan perang, namun jangan pernah lupakan pahlawan
nyata yang ada di rumah kita.
Comments
Post a Comment