Dekat Lombok: Ngaro Dan Musim Hujan Di Lombok
Sumber Gambar: Dokumentasi Murdiah Lombok
Telah masuk musim hujan, artinya semua lahan pertanian,
termasuk lahan pertanian di dusun saya (Bongkem, Desa Lepak) saatnya akan
mengalami perubahan fungsi dari lahan tanaman tembakau menjadi lahan tanaman
padi. Olah lahan pertanian untuk kebutuhan penanaman padi dikenal dengan
sebutan NGARO. Pada masa-masa sebelum tahun 2000-an kegiatan NGARO
dilakukan menggunakan sapi atau kerbau. Sepasang sapi diikat untuk menarik
bajak. Atau menggunakan kerbau, sekitar tujuh hingga puluhan kerbau diikat
dengan pola tertentu kemudian diarak mengelilingi sawah sampai tanah berubah
menjadi lumpur. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui lumpur
yang dihasilkan sudah cocok atau tidak adalah dengan melemparkan daun ilalang.
Bila daun tersebut tidak tertancap dalam lahan maka proses NGARO akan terus
dilanjutkan. Tapi bila daun ilalang yang dilemparkan tertancap artinya lumpur
yang dihasilkan sudah cukup lumer
untuk dijadikan lahan menanam padi. (Untuk melihat kosakata Bahasa Sasak lainnya dapat dilihat dengan KLIK DISINI)
Namun seiring perkembangan jaman NGARO menggunakan sapi
dan kerbau perlahan sudah tidak digunakan lagi, mengingat waktu dan tenaga yang
digunakan relatif banyak. Namun di sebagian kecil daerah masih menerapkan cara
tradisional ini dalam mengolah lahan pertaniannya. Tahukan kawan sekalian bahwa
dalam penanaman padi ada beberapa tahapan utama yang umum dilakukan dari
persiapan, perawatan hingga masa panen. Berikut saya ceritakan alur umum yang
dilakukan dalam proses menanam padi. Proses ini masih sangat knvensional, dan
turun temurun, bila dibandingkan dengan metode-metode penanaman yang beredar di
video-video online.
1. Persiapan
Dalam
tahap persiapan umumnya ada tiga hal yang dilakukan yaitu:
- Membuat Pengimuh (Lahan semai benih padi)
- Ngampar (Proses sebar benih)
- Ngaro (Olah lahan Utama)
- Membuat Pengimuh (Lahan semai benih padi)
- Ngampar (Proses sebar benih)
- Ngaro (Olah lahan Utama)
2. Penanaman
dan perawatan
- Nowong/lowong (menanam padi)
- Ngeder (menyiangi padi, membersihkan gulma)
- Nowong/lowong (menanam padi)
- Ngeder (menyiangi padi, membersihkan gulma)
Umumnya gulma yang
tumbuh pada lokasi penanaman padi adalah beberapa jenis pupaq (rumput), pupaq
kejep meleng, pupaq gegurun, pupaq sangko, pupaq kunyiq dan madeng
(eceng gondok)
- Nyemprot (menyemprotkan pestisida)
Penyemprotan
pestisida dilakukan guna membasmi hama yang menggangu, beberapa hama yang umum
dijumpai adalah oreng (wereng), olet (ulat), balang (belalang), sisoq
(siput) dan kenango (walangsangit)
-
Beraboq (memberi
pupuk)
- Bejelinjing/ngilis (membuat parit
kecil sebagai saluran pembuangan air, sekitar 14 hari sebelum waktu panen)
3. Panen
- Begabah/Ngerampek (merontokkan bulir padi)
- Jeloq Gabah (Mengeringkan gabah di bawah sinar matahari langsung)
- Begabah/Ngerampek (merontokkan bulir padi)
- Jeloq Gabah (Mengeringkan gabah di bawah sinar matahari langsung)
Lalu ada yang bertanya “darimana sumber air
untuk keperluan irigasi lahan pertanian?”. Bagi petani yang jauh dari sumber
air utama, ada dua sumber air irigasi. Yang pertama adalah air hujan, adalah
sebuah anugerah bagai petani bila di bagian hulu terjadi hujan lebat, itu
artinya ada potensi besar air hujan yang masuk sungai akan sampai ke lahan
mereka. Namun ada kondisi tertentu yang terjadi sehingga harus dilakukan opsi
kedua untuk memenuhi kebutuhan air irigasi. Opsi kedua adalah KEBAGAN. Sistem
irigasi yang sudah sejak lama diterapkan oleh masyarakat Suku Sasak Lombok.
Sistem ini mengatur pola pembagian air irigasi dengan penjagaan dan pengawasan
di lokasi tertentu dalam waktu 3 hari. Uraian lebih rinci tentang KEBAGAN akan
saya ulas pada tulisan berikutnya.
Comments
Post a Comment