Asal Mula Nama "MURDIAH"



Pagi itu sekitar bulan Juni tahun 1995, aku dibangunkan pagi sekali. Sembari Bunda menyiapkan penyampah, aku dimandikan ayahku. Ya. . . tentu saja aku senang, hari itu hari pertama ku akan masuk sekolah dasar. Dengan celana merah, baju putih, aku juga membawa 1 buku dan pensil.

Pendaftaran untuk masuk ke sekolah dasar kami lakukan di Musholla tempat saya ngaji, setiap anak yang sudah cukup umur dan mampu memegang telinga kiri dengan tangan kanan atau sebaliknya maka cukup sebagai syarat untuk masuk di sekolah dasar.

Keesokkan harinya, aku diantar kakak perempuanku, yang saat itu masih menjadi siswi SMP PGRI di desa Lepak. Tentu saja semua siswa baru perlu diantar sekolah pada hari pertama masuk, memberi semangat juga untuk mengajarkan ke anak agar bisa berinteraksi dengan anak-anak lain yang berasal dari gubuk lain.

Seingatku sebelum pendaftaran siswa dimulai, kakakku lebih dulu meninggalkanku. Ia bergegas meniggalkanku dan berpesan.

"Kamu jangan kemana-mana, . . . Ikuti cara anak-anak yang lain kalau nanti ada perintah dari pihak sekolah" kata kakak perempuanku. Aku mengangguk.


Semua siswa baru di persilakan masuk kelas. Sekitar 50-an siswa baru. Dan hari pertama masuk siswa harus menyebut nama lengkapnya. Data yang di sebutkan oleh siswa di jadikan data falid dan dijadikan dokumen untuk keperluan pendidikan pada proses kegiatan belajar pada periode berikutnya. Dan akhirnya tibalah giliranku dipanggil bu guru.

“ya bu guru .. . ” aku lantas maju ke depan kelas.
“siapa nama lengkapmu” tanya bu guru sambil bersiap-siap menulis.

“anu . . .bu gurur” saya bingung sambil mencari secarik kertas yang tadi diselipkan di kantong baju.

“anu ???   anu siapa???” tanya bu guru lagi.

“nama saya ada di kertas bu guru, tapi kertasnya hilang” jawabku.

“tadi kamu kesini sama siapa” tanya bu guru kembali.

“saya diantar kakak bu guru, tapi dia pergi, namanya Nursiah” jawabku lagi.

“kamu di rumah dipanggil apa???” tanya bu guru

“Saya dipanggil Mung, bu guru” jawabku singkat

“kalau begitu namamu Murdiah Tok ya” kata bu guru

“tapi nama saya ada dua kata bu guru” aku mencoba membela diri

“apa ??? ” bu guru bertanya kembali

“saya tidak tahu bu guru” jawabku tertunduk.

Dan dari situlah nama Murdiah Tok berasal, kejadian tak pernah aku ceritakan sepulangku dari sekolah. Mungkin nama itu adalah anugerah dan do’a, buktinya aku selalu juara di sekolah dasar waktu itu. Nama Murdiah selalu maju untuk menerima buku sebagai penghargaan juara kelas.

Tapi seingat saya saat duduk di kelas 4 kepala sekolah pernah sekali memanggil saya, dan mengususlkan nama saya diganti saja menjadi Nurdin. Tapi aku menolak. Aku tidak tahu pada akhirnya nama ini menjadi bahan lelucon bagi teman-temanku kala SMP, SMA, Kuliah. Sebagian besar mengatakan bahwa Murdiah itu nama seorang perempuan, aku tentu saja tak menghiraukan hal itu. Di kampungku itu bukanlah sebuah masalah besar. Nama adalah karakter bagai si penyandang nama. Pamanku saja namanya HAMIDAH, dan beliau santai saja.

Tapi benar saja dalam sebuah foto lama aku menemukan urutan nama-nama anak yang tertulis berurutan dari nomor satu sampai nomor lima. Nomor satu ada nama Nursiah, dan ada dua kata yang mengisi  nama pada posisi nomor 4. Aku yakin itu adalah namaku yang sebenarnya, tapi aku lupa menulisnya kembali dan foto itu belum pernah ku lihat lagi.

Maka hingga saat ini, nama Murdiah masih dengan nyata terpampang jelas di semua kartu identitas. Ijasah SD, SMP, SMA, S.1, rekening bank, kartu pelajar, kartu mahasiswa, SKCK de el el.

Begitulah sejarah singkat sejauh yang saya ingat tentang asal-usul nama Murdiah. Tentu dalam penulisan ini merujuk versi saya pribadi dan mohon maaf apabila bila dalam cerita kali ini ada yang merasa tersinggung, ini hanya cerita sejauh ingatan saya saat pertama kali masuk sekolah dasar dulu. Maka melalui tulisan ini say berpesan kepada orang tua untuk menemani ana-anaknya saat baru pertama masuk sekolah agar ia merasa didukung untuk menempuh pendidikan dan tentu saja untuk mengajarkan anak berinteraksi dengan anak-anak lain. Untuk siswa umur sekolah SD, SMP, SMA, saya wasiatkan kepada adik-adik sekalian bahwa  nama itu berisi do’a dan harapan, maka janganlah engkau pergunakan untuk mengoelok teman kalian. Lebih baik belajar yang rajin biar naik kelas, jangan hanya naik pohon mangga yang ada di sekolah, nanti di hukum sama wali kelas.

Dan pada akhirnya saya mau berkata kawan, bahwa .....

Murdiah memang nama yang sederhana, namun tetap memesona
Murdiah memang hanya tujuh huruf, namun berusaha menyebarkan amar ma’ruf

Murdiah memang anak dusun, namun berusaha untuk tetap santun
Murdiah memang begitu sangat dirindukan oleh setiap orang yang pernah mengenalnya, agak pemalu pada awal bertemu, kocak setelah akrab, kesan memesona setelah berpisah.....hehehehe. 


Komentar

  1. besar-besar betul tulisannya sehingga aku harus ambil kaca pembesar untuk membacanya (majas ironi)..hehe

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahasa Sasak: 50 Kalimat Populer Di Pulau Lombok

Kamus Bahasa Lombok/Sasak (A-D)

Bahasa Sasak : Ungkapan sehari-hari