Khitanan ala Suku Sasak Lombok
Embun yang masih bertengger
di pucuk-pucuk dedaunan, kicauan burung, kokokan ayam jantan, nyanyian-nyanyian
anak ayam mencari makan dan terpaan sinar emas mentari pagi yang menembus pagar
bambu rumah tua itu masih belum cukup untuk menggambarkan betapa sederhana
dusun kecil ku. Hari itu hari Ahad, seperti biasa aktifitas rutin papuq ku tiap pagi memberi makan ayam.
Tidak seperti
hari-hari biasanya, hari itu halaman rumah ku mulai ditata ulang, dan
orang-orang berdatangan semakin banyak. Ada yang membawa bambu, kelapa, beras
dan sembako lainnya.
“Ada apa ini ?”
tanyaku dalam fikir.
Ternyata…!!!
Satu pekan lagi Pesta
Khitananku akan di helat. Hal ini membuat perasaanku campur aduk. Tentu saja aku takut,
apalagi mendengar cerita berdarah dari kakak ku yang telah lebih dulu mengalaminya.
“Awas
nanti saat kamu di sunat, sakitnya luar dalam. Berdarah-darah, iiiihhhh”
anak-anak itu mencoba menakutiku.
Tapi aku juga sedikit
senang, anak yang di khitan menurut
tradisi di dusunku selain di
beri uang oleh semua tamu yang datang juga di belikan kaos kaki dan sepatu
baru. Aku
mulai membayangkan akan segagah apa aku pada waktu khitanan itu?
Aku lupa apakah ayah atau Bundaku
yang beli, tapi sepatu pertamaku itu seperti sepatu Kung Fu berwarna
biru-muda, dengan motiv kotak-kotak. Satu pekan sebelum khitan aku tidak boleh
makan terlalu banyak daging terutama hati, aku tidak tahu alasannya.
Mulai H-3 aku selalu membawa
kantong plastik, tentu saja untuk tempat menaruh uang yang diberikan oleh
tamu-tamu yang datang.
Malam sebelum khitan aku
disediakan ayam bakar, katanya agar tidak kekurangan darah besoknya.
Paginya aku dimandiin ayahku dengan beberapa anak di sampingku mencoba
menakut-nakuti.
Yang seru adalah pakaian tradisional
khusus untuk ku. Aku menggunakan sepatu baru lengkap dengan kaos kaki, dodot berwarna cokelat kehitaman, baju
putih, Tondang yang terbuat dari mata
uang logam jaman dulu dipasang mengelilingi leherku, Sapuq dan tentu saja kaca mata hitam.
Beberapa ritual adat yang
aku lewati, dibawa jalan-jalan sejenak, menabur beras kuning, menyiramkan air
kuning.
AKU DI KHITAN........ AKU MENANGIS............
Walaupun menangis tapi ternyata Happy Ending karena aku mendapat uang waktu itu sekitar Rp. 400.000 cukup untuk beli kambing, lengkap dengan sepatu dan kaos kaki.
AKU DI KHITAN........ AKU MENANGIS............
Walaupun menangis tapi ternyata Happy Ending karena aku mendapat uang waktu itu sekitar Rp. 400.000 cukup untuk beli kambing, lengkap dengan sepatu dan kaos kaki.
Sakitnya tu di sini *nunjuk kaki. . .he. Rasa sakit itu akan segera hilang hari senin nanti kala aku masuk sekolah lengkap dengan sepatu dan kaos kakiku. Awal masuk SD aku tidak
menggunakan sepatu. Jadi aku merasa akan semakin gagah ke sekolah dengan sepatu
pertamaku itu.
Komentar
Posting Komentar